Bursa karbon pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 2023 lalu. Tujuh bulan semenjak peluncuran bursa karbon pertama di Indonesia, topik pasar karbon masih menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Pada Selasa, 19 Maret 2024, Masyita berkesempatan untuk menghadiri kegiatan Expanding Indonesia’s Carbon Market: Opportunities for Economic Growth and Sustainability di daerah Cikini, DKI Jakarta. Kegiatan yang diadakan oleh Indonesia Business Council ini membawa ragam perspektif dalam ruangan The Hermitage, Jakarta.
Masyita duduk di kursi panelis bersama dengan Laksmi Dhewanti (Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK), Lufaldy Ernanda (Direktur Pengawasan Aset Digital Otoritas Jasa Keuangan), dan Agus Sandy Widyanto (Chief Strategy Officer Star Energy Geothermal) dalam satu sesi diskusi yang dipimpin oleh Rike Amru. Diskusi sore itu diawali dengan keynote speech oleh Sofyan Djalil (CEO Indonesia Business Council).
Pasar Karbon di Indonesia
Sebagai salah satu instrumen nilai ekonomi karbon, Emission Trading Scheme (ETS) melengkapi instrumen lainnya yaitu pajak karbon dan Voluntary Carbon Market (VCM) di Indonesia. Menyusul negara yang telah lebih dulu menerapkan pasar karbon, Indonesia turut melihat pasar karbon sebagai instrumen yang efektif untuk mengurangi emisi karbon.
Saat ini, bursa karbon di Indonesia masih didominasi oleh sektor energi, yaitu subsector pembangkit tenaga listrik. Namun di masa yang akan datang, bursa karbon akan turut diisi oleh sektor-sektor lain seperti kehutanan, pertanian, limbah, migas, hingga kelautan. Kabar baiknya, perdagangan internasional untuk karbon dari sektor kehutanan sedang dalam tahap persiapan.
0 Comments