Pemerintahan mendatang secara gamblang menyatakan ambisinya untung menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% dalam lima tahun kedepan. Selama beberapa tahun terakhir, performa ekonomi Indonesia bisa dikatakan relatif stabil dalam rentang 5%, jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama setelah dihadapi oleh pandemi COVID-19. Ambisi ini ditetapkan untuk membebaskan Indonesia dari jebakan kelas menengah (middle-income trap) melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Membersamai ambisi tersebut, sekumpulan ahli di bidang iklim dan pertumbuhan (climate and growth expert) menyatukan tangan dan membentuk Indonesia Climate and Growth Dialogue (ICGD) yang baru saja diluncurkan pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 pada Jumat, 6 September 2024.
Potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjadi regional powerhouse terutama pada sektor energi terbarukan (renewable energy) dan sektor agrikultur berkelanjutan (sustainable agriculture) harus dimanfaatkan untuk menjalankan agenda penting di Indonesia. Bukan hanya pertumbuhan ekonomi, namun juga transisi hijau ataupun transisi perubahan iklim. Karena faktanya, transisi perubahan iklim adalah agenda investasi dan pertumbuhan ekonomi utama di Indonesia.
Dikepalai oleh Mari Elka Pangestu, ICGD akan menjadi wadah kolaborasi ragam pemangku kepentingan untuk membangun masa depan Indonesia yang hijau, biru, tahan iklim, dan inklusif. Jajaran board ICGD yaitu Budi Djiwandono (Anggota DPR RI), Shinta Kamdani (Ketua APINDO), Riki Frindos (Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI), Nirarta Samadhi (Country Director WRI Indonesia), Alin Halimatussadiah (Dosen LPEM FEB UI), Dharsono Hartono (Ketua Program Kadin Net Zero Hub), Yose Rizal Damuri (Direktur Eksekutif CSIS), William Sabandar (COO Indonesia Business Council) akan ikut melangkahkan kaki bersama dalam perjalanan ini.