Pada 18 Februari 2025 lalu, Masyita memimpin diskusi tematik pada pagelaran Indonesia Economic Summit 2025 di bilangan Jakarta Pusat. Sore itu, Masyita bersama Arcandra Tahar (Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia 2016), Shinta Kamdani (Ketua Umum APINDO), Elim Sritaba (Chief Sustainability Officer of Asia Pulp & Paper (APP)), Satya Tripathi (Secretary-General of the Global Alliance for a Sustainable Planet), dan Peter Kennedy (Chief Investment Officer, GFCR Investment Fund at Pegasus Capital) berkumpul dalam satu sesi Policies and Initiatives for Accelerating Indonesia’s Green Growth.
Aksi Iklim Global Masih Belum Cukup
Menurut UNEP, aksi iklim global saat ini tidak akan memenuhi target yang tertera pada Paris Agreement, yaitu 1.5 derajat celcius. Keseriusan saat ini akan membawa dunia ke titik 2.6-3.1 derajat celcius di masa yang akan datang. Tidak hanya aksi iklim yang belum memadai, pendanaan iklim pun sama. Dari sisi pendanaan iklim, negara berkembang membutuhkan setidaknya USD 2.4 triliun. Namun hanya sekitar 8% dari total pendanaan iklim global yang masuk ke negara berkembang.
Green Growth untuk Indonesia
Sebagai negara berkembang, Indonesia punya dua tugas besar yang harus dicapai beserta tantangannya. Yaitu mencapai cita-cita pertumbuhan 8% yang diusung Presiden Prabowo Subianto dan mengejar target aksi iklim. Kunci dari jawaban ini adalah Green Growth atau Pertumbuhan Hijau. Untuk mempercepat pertumbuhan hijau di Indonesia, pemangku kepentingkan perlu memanfaatkan potensi Indonesia secara maksimal. Beberapa potensi ini sudah muncul di permukaan seperti pasar karbon, energi terbarukan, sustainable agroforestry, green jobs, hingga green skill. Yang diperlukan saat ini adalah usaha lebih untuk memaksimalkan seluruh potensi ini.