Badan Pusat Statistik baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal tiga tahun ini, tumbuh 4,94% secara year on year atau yoy. Pertumbuhan ekonomi ini memang sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal dua mencapai 5,17% secara year on year.
Bertepatan dengan rilisnya informasi ini, Masyita diundang pada Investor Daily Talk: Utak-Atik Strategi Dorong Laju Ekonomi di Investor Daily TV pada 7 November 2023. Pada kesempatan ini, Masyita berbagi perspektifnya mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih 5%
Masyita menekankan poinnya pada dua angka di belakang koma dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal tiga tahun 2023. Menurutnya, penurunan pertumbuhan angka tersebut terlalu berfokus pada dua angka di belakang koma. Padahal, jika dibulatkan, baik angka pertumbuhan di kuartal tiga maupun kuartal dua, akan sama-sama berakhir di angka 5%.
Pada pertumbuhan ekonomi kuartal ini, konsumsi rumah tangga masih menjadi playing factor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga masih dikatakan positif. Namun di lain sisi, ekspor-impor Indonesia terlihat menurun, namun tetap dinilai resilien. Hal ini disebabkan oleh berubahnya harga komoditas di pasar global, sehingga kontribusi ekspor-impor Indonesia melemah. Namun dari sisi volume dan produksi, ekspor-impor masih bisa dinilai baik, namun memang sangat disayangkan gejolak harga di pasar global akibat tensi geopolitik yang mengakibatkan harga ikut melandai.
Masa Depan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Masyita mengatakan bahwa memasuki kuartal ke-empat, akan ada beberapa faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satunya adalah aktivitas kampanye pemilu. Namun tidak hanya itu, aspek-aspek lain seperti konsumsi, investasi, dan manufaktur Indonesia menjadi sama pentingnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Masyita optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini bisa mencapai 5,05%, masih sesuai dengan harapan.
Sebagai pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi di Indonesia, konsumsi masyarakat akan dijaga dengan berbagai kebijakan pemerintah. Hal ini termasuk bantuan yang memberikan multiplier effect pada masyarakat menengah ke bawah. Kebijakan disalurkan melalui bantuan sosial, mempercepat cairnya Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga insentif di sektor properti. Ini adalah langkah awal untuk menjaga daya beli masyarakat dan menjaga mereka dari inflasi volatile food price.
Untuk memastikan kalau bantuan tersebut tepat sasaran, pemerintah bergantung pada data. Saat ini, pemerintah sudah memegang data by name by address dari 25% lapisan masyarakat terbawah. Agar lebih optimal, pemerintah tengah mengembangkan data ke 50% penduduk terbawah di Indonesia.
0 Comments