Penulis: Masyita Crystallin
Tulisan terdapat dalam buku “COVID-19 in Indonesia: Impacts on the Economy and Ways to Recovery”
Penerbit buku digital: Routledge, 28 Maret 2022
Artikel ini dapat diakses gratis melalui situs TaylorFrancis.com [tautan]
Abstract
The coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic has caused a global crisis like no other. The global economy contracted by 3.5% in 2020 compared to growth of 2.8% in 2019. Similarly, Indonesia’s economic growth contraction for 2020 was 2.07%, compared to 5.02% in 2019. All over the world, countries faced the challenges of protecting both lives and livelihoods during the pandemic, while at the same time walking a thin line between narrowing fiscal space and increasing debt burden. Liquidity trap conditions experienced globally created added pressure on fiscal policy as it could significantly undermine the effectiveness of monetary policy. Indonesia has managed the pandemic relatively well and has maintained stable ratings in 2020, indicating solid and prudent macroeconomic management. Nevertheless, more than one year into the pandemic, countries must face the hard reality of the short-term nature of fiscal and monetary policy and the need for medium-term fiscal sustainability to ensure sustainable recovery. This chapter highlights Indonesia’s fiscal policy in response to the pandemic. Specifically, we underscore three main issues: the macroeconomic impact of the pandemic, how fiscal policy mitigates the economic impacts of the pandemic on both the supply and demand side, and medium-term fiscal sustainability and lessons learned for further reform.
***
Abstrak
Pandemi penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) telah menyebabkan krisis global. Ekonomi global berkontraksi 3,5 persen pada 2020 dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2019 sebesar 2,8 persen. Begitu juga dengan Indonesia, pertumbuhan ekonomi berkontraksi 2,07 persen pada 2020, dibandingkan pada 2019, sebesar 5,02 persen. Di seluruh penjuru dunia, negara-negara menghadapi tantangan dalam melindungi nyawa dan sumber penghasilan masyarakat selama pandemi, sedangkan pada saat yang bersamaan, kita memiliki risiko tinggi (walking a thin line) antara penyempitan ruang fiskal dan peningkatan beban utang. Kondisi liquidity trap yang dialami secara global memberikan tekanan tambahan pada kebijakan fiskal karena secara siginifikan dapat mengganggu efektivitas kebijakan moneter. Indonesia mengatasi kondisi pandemi dengan relatif baik, dan telah mempertahankan stable ratings pada tahun 2020, yang menunjukkan bahwa manajemen makroekonomi dilakukan dengan solid dan prudent. Namun demikian, lebih dari satu tahun memasuki pandemi, Negara di seluruh dunia harus menghadapi kenyataan pahit antara kebijakan fiskal dan moneter jangka pendek serta kebutuhan akan kesinambungan fiskal jangka menengah perlu memastikan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Bab ini fokus pada kebijakan fiskal Indonesia dalam menghadapi pandemi. Penulis menggarisbawahi tiga isu utama: dampak pandemi terhadap makroekonomi, bagaimana kebijakan fiskal memitigasi dampak ekonomi pada pandemi dari sisi penawaran dan permintaan, serta keberlanjutan fiskal jangka menengah dan pelajaran untuk reformasi lebih lanjut.