Pada Kamis, 13 Juli 2023, Masyita menghadiri dengan tema besar “Unlocking the Power of Credit Reporting: Enhancing Innovative Financial Services” di Jakarta. Tahun ini, tuan rumah dari Konferensi ACRN yang keempat adalah Indonesia, yaitu PEFINDO Biro Kredit atau sering dikenal sebagai IDScore. Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini diisi oleh berbagai diskusi mengenai sektor keuangan mulai dari digital, ESG, hingga diskusi mengenai peran Credit Reporting Agencies dalam rangka mendorong inklusi keuangan.
Masyita duduk di jajaran panelis bersama Yohanes Arts Abimanyu (President Director PEFINDO Biro Kredit), Jiann-Jong Guo (ACRN Chairman), Sung-Kee Min (ACRN Honorable Chairman), dan Inkoo Jeon (ACRN Advisor) yang turut hadir untuk menyampaikan sambutan pada kegiatan yang mengumpulkan Credit Rating Agencies dari berbagai negara
Di kesempatan kali ini, Masyita membuka sesi pertama dengan menyampaikan outlook perekonomian dan pasar keuangan Indonesia. Pada sesi ini, Masyita fokus menyampaikan bagaimana perekonomian Indonesia masih resilien jika dibandingkan negara-negara lain. Ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi yang terjaga setelah pandemi Covid-19 pertama kali menyerang, yaitu di sekitar 5%. Dari sisi ekspenditur dan sisi produksi juga diwarnai pertumbuhan positif dalam dua tahun ke belakang.
Kekuatan UMKM
Positifnya warna ekonomi Indonesia tidak luput dari kontribusi UMKM sebagai penyumbang terbesar pada PDB Indonesia, yaitu mencapai lebih dari 60%. Hal ini sejalan dengan proporsi tenaga kerja di Indonesia yang sebagian besarnya terserap menjadi tenaga kerja UMKM. Menurut data BPS, di tahun 2022 lebih dari 95% tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor UMKM. Bisa dibayangkan betapa potensialnya sektor UMKM di Indonesia jika dapat didukung dengan optimal.
Salah satu dukungan yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan potensi UMKM ini adalah dengan credit scoring. Credit scoring adalah sebuah penilaian yang dilakukan kepada peminjam untuk memastikan bahwa peminjam layak untuk diberikan pinjaman. Umumnya, credit scoring ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan besar saja. Padahal, jika credit scoring juga diberlakukan untuk pelaku UMKM, maka akses pelaku UMKM pada pendanaan semakin terbuka. Penting untuk membukan dan memperdalam akses UMKM pada pendanaan. Jika akses tersebut bisa terbuka, underserved population bisa semakin leluasa untuk menjalankan usahanya. Mulai dari meningkatkan kualitas produk hingga melakukan pemasaran. Dengan begini, pendapatan masyarakat akan ikut meningkat. Pada akhirnya, kesejahteraan masyarakat bisa ikut meningkat pula.