Perhelatan iklim global kembali digelar pada akhir bulan September 2024 di New York, Amerika Serikat. New York lebih ramai dari biasanya, dipenuhi oleh ratusan ribu orang yang datang untuk menghadiri New York Climate Week (NYCW) 2024. Event yang bertajuk Summit for the Future ini menjadi wadah dari 900 lebih kegiatan termasuk diskusi, panel, workshop, dan format kegiatan lain.
Nama-nama yang tidak asing seperti Antonio Guterres, Simon Stiell, Mia Mottley, hingga Joe Biden turut serta di meja diskusi, untuk memberikan hasil yang akan dibawa pada konferensi iklim selanjutnya yaitu Convention on Biological Diversity (CBD) ke-16 di Colomia dan COP29 di Azerbaijan mendatang.
Sebagai salah satu pemain di bidang iklim, Masyita menempuh perjalanan belasan jam untuk hadir di New York Climate Week (NYCW) 2024. Beberapa peran dilakoni pada berbagai kegiatan, mulai dari peserta di meja diskusi, hingga menjadi pembicara di sesi yang juga melibatkan pemain ternama di bidangnya.
Green Growth Indonesia dan Asia
Tidak seperti dulu, pembicaraan mengenai pertumbuhan tidak bisa lagi lepas dari aspek “hijau”. Kini, pertumbuhan hijau menjadi kunci bagi seluruh dunia untuk tetap menjalankan tugas sebagai negara, yaitu mensejahterakan rakyat, sembari menjaga bumi dari peningkatan suhu 1.5 derajat Celsius. Bersamaan dengan New York Climate Week (NYCW) 2024, beberapa kegiatan yang fokus membahas pertumbuhan hijau di Asia maupun di Indonesia menjadi prioritas Masyita.
Menjadi langkah lanjutan dari peluncuran Indonesia Climate and Growth Dialogue (ICGD) pada Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 awal September lalu, ICGD mengadakan diskusi tertutup dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Diskusi ini fokus membahas bagaimana mendorong percepatan pertumbuhan di Indonesia. Pertumbuhan yang dikejar bukan hanya hijau, tapi juga tahan iklim, dan inklusif.
Tidak hanya fokus di Indonesia, pertumbuhan hijau di Asia juga menjadi ketertarikan Masyita saat ini. Salah satu kegiatan yang membahas hal ini adalah Investing in Asia’s Climate Transition Dinner yang diadakan oleh Temasek Foundation dan Systemiq. Diskusi ini membahas bagaimana mendorong investasi dan inovasi yang mendukung transisi pertumbuhan hijau di kawasan.
Partisipasi dalam Diskusi Pre-COP29
Menuju COP29, beberapa tema utama sudah mulai dibahas dalam pertemuan-pertemuan iklim. Tema yang dimaksud termasuk pendanaan iklim, Nationally Determined Contribution (NDC), hingga isu transisi energi. Ketiga tema ini dialokasikan pada beberapa diskusi meja bundar yang turut dihadiri oleh Masyita yaitu Bridgetown Initiative Roundtable on DSA (Debt Sustainability Analysis dan High-Level Roundtable on Private Sector Engagement for NDCs 3.0 yang diadakan NDCP.
Panelis dalam Isu Pasar Karbon dan National Transition Planning (NTP)
Selain menjadi partisipan, Masyita diundang untuk menyampaikan pandangannya pada beberapa sesi panel. Salah satunya adalah sesi Understanding Future Demand Scenarios in the Carbon Markets yang diselenggarakan oleh Global Carbon Market Utility (GCMU).
Pada sesi ini, Masyita duduk di panggung yang sama dengan Jeremy Oppenheim (Managing Partner at Systemiq), Kyle Harrison (Head of Sustainability Research at BloombergNEF), Mike Hemsley (Deputy Director, Energy Transition Commission), Chris Leeds (Head of Carbon Markets Development, Standard Chartered), dan Patrick Sheridan (Global VP of Agriculture and Sustainability, Kraft Heinz).
Menjalani kapasitasnya sebagai Co-chair Deputy di Coalition of Finance Minister for Climate Action (CFMCA), Masyita menyampaikan peran-peran apa yang perlu dilakukan untuk mencapai agenda transisi hijau. Pesan ini disampaikan Masyita pada kegiatan yang diadakan CFMCA dengan judul Changing the Climate – Reforming the Financial Sector to be fit for the 21st Century. Diskusi ini turut melibatkan Tom Beloe (Director at UNDP Sustainable Finance Hub), Alice Carr (Executive Director,Public Policy and JETPs, GFANZ), dan Alissa M.Kleinnijenhuis (Visiting Assistant Professor of Finance, Cornell University)