Dewasa ini, dunia dihadapi oleh kondisi poly-crisis. Setelah pandemic Covid-19 mereda, konflik antara Rusia dan Ukraina menempatkan posisi keuangan publik di bawah tekanan. Melambung tingginya Inflasi diikuti rekor-rekor baru suku bunga tertinggi di beberapa negara, hingga kondisi utang, terutama di negara-negara rentan, yang butuh perhatian. Hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi global yang diperparah dengan meningkatnya biaya utang hingga mengurangi ruang fiskal untuk bernafas.
Pada 26 September 2023 lalu, Masyita ikut serta menyumbangkan perspektifnya, sebagai salah satu bagian dari Kementerian Keuangan Indonesia dan Co-Chair Sherpa Koalisi Kementerian Keuangan untuk Perubahan Iklim, mengenai bagaimana kementerian keuangan menghadapi momentum poly-crisis ini. Masyita menyampaikan hal ini pada audiens ODI Public Finance Conference: Navigating the Poly-Crisis secara daring.
Masyita terlibat dalam sesi pembuka dari kegiatan tersebut dengan tajuk Finance Ministries in the Poly-Crisis. Sesi ini membahas bagaimana kejutan demi kejutan hadir dan membentuk ulang keuangan publik di berbagai kawasan dan bagaimana institusi keuangan publik menghadapinya. Masyita duduk di kursi panelis bersama Rathin Roy (Managing Director, ODI), Abebe Aemro Selassie (Director of the Africa Department, IMF), dan Marc Robinson (penulis buku Bigger Government).
Pada kesempatan ini, Masyita menjabarkan bagaimana Indonesia mampu bertahan menghadapi series of shocks dengan kebijakan-kebijakan yang mumpuni. Sebagai bukti, hingga hari ini perekonomian Indonesia masih sejalan dengan harapan, yaitu tumbuh 5% secara yoy. Tidak hanya itu, Masyita juga menjelaskan peran kementerian-kementerian keuangan dalam menghadapi iklim dengan menjelaskan aksi iklim dari negara anggota Koalisi Kementerian Keuangan untuk Perubahan Iklim (akses di sini).
0 Comments