Liputan CNBC: Perang Rusia Vs Ukraina Ancam Transisi Ekonomi Hijau RI?

PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) menyelenggarakan Forum Bisnis Net-Zero Emission pada Jumat 17 Maret 2022. Masyita hadir sebagai salah satu narasumber sebagai Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, bersama dengan Kepala Group Kebijakan Sektor Jasa Keuangan Terintegrasi OJK Enrico Hariantoro, dan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi, dengan moderator Ekonom Senior INDEF Aviliani. Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah perang antara Rusia-Ukraina. Komitmen global dalam mewujudkan Net-Zero Emission juga dikhawatirkan akan terganggu. Simak tanggapan Masyita mengenai tantangan Indonesia dalam program Transisi Energi Hijau terhadap perang Rusia-Ukraina yang tertulis pada artikel CNBC Indonesia di bawah. [tautan]

***

Jakarta, CNBC Indonesia – Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina dalam beberapa waktu terakhir dikhawatirkan akan mengganggu komitmen negara dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.

Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca dengan usaha sendiri sebesar 29% dan sebesar 41% dukungan internasional. Sehingga pencapaian NZE bisa terealisasi lebih cepat.

Namun, apakah risiko geopolitik saat ini bisa mengancam rencana tersebut?

“Memang ada beberapa view yang berbeda,” kata Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin dalam acara Forum Bisnis: Net Zero Emission yang digelar PT SMI (Persero) di Jakarta, Kamis (17/3/2022).

Masyita mengatakan memang ada pandangan bahwa risiko geopolitik yang ikut mengerek harga komoditas dapat mengancam transisi energi hijau. Namun, ada pula pendapat yang menyatakan sebaliknya.

“Kalau kita lihat short term terancam karena jadi terlalu mahal. Akan tetapi kalau melihat jangka panjang, kalau kita sudah ada campuran bauran di antara fossil base dan renewable, pada saat harga fosil naik kita masih punya cadangan banyak dalam negeri,” kata Masyita.

Masyita mengakui dalam jangka pendek, risiko geopolitik memang akan berpengaruh pada rencana transisi ekonomi hijau. Namun, bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi berkah di masa depan.

Short term kayaknya akan slowdown sedikit, tapi kalau di long run ini akan memberikan insentif orang untuk betul-betul transfer ke renewable,” katanya.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pin It on Pinterest

Share This