Sepekan usai Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan, Masyita membuka kegiatan bertajuk International Experience in Carbon Pricing and Taxation Workshop. Kegiatan yang diselenggarakan Indonesia, Swedia, Asian Development Bank, dan Koalisi Kementerian Keuangan untuk Perubahan Iklim ini diselenggarakan selama dua hari pada 3-4 Oktober 2023.
Duduk di samping Jiro Tominaga (Country Director, ADB Indonesia), Masyita menggaris bawahi pentingnya cabon pricing dan carbon taxation yang didesain dengan baik dalam Kementerian Keuangan. Hingga saat ini, nilai ekonomi karbon masih menjadi cara yang efektif untuk mencapai target iklim Indonesia maupun dunia. Selain mengurangi produksi emisi, nilai ekonomi karbon juga memberikan kesempatan bagi bisnis untuk mengembangkan strategi dalam mengurangi produksi emisi dan transisi menuju ekonomi rendah emisi.
Di lain sisi, nilai ekonomi karbon dalam bentuk pajak karbon akan menjadi sumber pendapatan baru bagi negara. Pendapatan ini bisa dialokasikan pada inisiasi-inisiasi terkait aksi perubahan iklim seperti pengembangan energi terbarukan, program efisiensi energi, dan pengukuran adaptasi iklim.
Saat ini, Indonesia memiliki sistem nilai ekonomi karbon yang membaurkan pajak karbon dan perdagangan karbon. Di sisi pajak karbon, Indonesia masih dalam tahap pengembangan untuk memastikan bahwa kebijakan ini mendekati sempurna dan sejalan dengan target iklim. Sedangkan perdagangan karbon sudah dimulai sejak 26 September 2023 lalu di bawah IDXCarbon. Pada hari pertama bursa karbon dibuka, 459,953 ton unit carbon telah diperdagangkan melalui 27 transaksi. Pembeli unit karbon di IDXCarbon didominasi oleh bank dan perusahaan-perusahaan di bidang energi, penerbangan, dan iklim.