Di pekan pertama November 2024, Masyita menghadiri Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2024 yang diselenggarakan oleh IESR and Indonesia Clean Energy Forum (ICEF). Kehadiran Masyita di acara tahunan ICEF dan IESR adalah untuk menjadi pembicara pada sesi Shifting Indonesia Economy & Industry Amidst Energy Transition.
Sesi ini turut diramaikan oleh Ning Willawati (Dewan Pakar Prabowo Gibran), Rahmad Pribadi (Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero)), yang dimoderatori oleh Suzanty Sitorus (CEO ViriyaENB) pada Selasa, 5 November 2024.
Menjaga Ketahanan Energi dengan Transisi Energi
Ketahanan energi atau energy security adalah salah satu prioritas Presiden Indonesia saat ini, yaitu Prabowo Subianto. Untuk menjaga ketahanan energi, aspek transisi energi tidak bisa dinomor duakan. Saat ini, Indonesia adalah net importer energi. Di lain sisi, Indonesia memiliki porensi energi terbarukan yang besar. Jika potensi ini dimanfaatkan dengan baik, misalnya dengan memproduksi energi terbarukan dalam negeri, ketahanan energi di Indonesia akan lebih terjaga. Ketahanan energi Indonesia akan lebih terjaga dari gejolak harga energi di global yang terpengaruh oleh geopolitik.
Namun dalam melakukan transisi energi, variabel-variabel lain pun tetap perlu diperhatikan. Variabel yang dimaksud adalah target aksi iklim Indonesia dan variabel inklusivitas, guna memastikan Pembangunan yang merata.
Mencapai Target Pembangunan 8% dan Target Iklim Indonesia
Selain menjaga ketahanan energi, transisi energi bisa digunakan untuk memenuhi target Pembangunan ekonomi 8% dan target iklim Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC).
Sebagai penggerak utama industri, energi yang digunakan untuk memproduksi berbagai produk harus lebih ramah lingkungan. Syarat ini perlu dipenuhi untuk memenuhi ambisi iklim dunia. Jika syarat ini terpenuhi, maka jalur ekspor bagi produk-produk tersebut bisa lebih terbuka lebar. Negara-negara target ekspor Indonesia, seperti Eropa, sudah menerapkan syarat ini. Sehingga, hasilnya akan kembali ke pendapatan Indonesia dan mengggerakan ekonomi.
Di sisi target iklim, sektor energi adalah salah satu sektor terbesar yang harus dikurangi emisinya setelah sektor AFOLU. Jika transisi energi dilakukan dan energi yang digunakan di Indonesia sudah hijau atau energi terbarukan, maka pencapaian target NDC ini pun akan terbantu. NDC terbaru akan disubmit oleh Indonesia di tahun 2025 mendatang, bersama negara-negara lainnya.