Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup pada tanggal 4 Juni 2022, Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia (Indonesian Enivornmental Scientist Association atau IESA) menyelenggarakan serangkaian kegiatan termasuk Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dengan acara puncak Seminar Nasional “Kolaborasi G20 dalam Menyelamatkan Lingkungan”. IESA merupakan asosiasi ahli lingkungan yang bermaksud turut menyukseskan Presidensi G20 dalam penyelenggaraan acara ini.
Mewakili Ibu Menteri Keuangan RI, Masyita hadir untuk menjadi pembicara kunci dalam kegiatan tersebut. Selain Masyita, pembicara lainnya adalah para panelis yang mengisi diskusi panel, serta peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah yang telah lolos seleksi. Acara dibuka oleh Ketua IESA, Yuki MA. Wardhana dan Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), Muhammad Wahid Sutopo. Peserta yang hadir merupakan peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional dan terbuka untuk umum karena telah ditampilkan di kanal YouTube IESA yang dapat disimak di bawah. [tautan]
Beberapa pesan yang disampaikan diantaranya reformasi struktural untuk mencapai Indonesia maju, dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, infrastruktur dan kapital, serta produktivitas. Selain itu dibutuhkannya reformasi fiskal untuk APBN yang sehat dan produktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut, yang dilakukan dari sisi pengeluaran yang prioritas dan tepat sasaran (spending better), sisi penerimaan melalui perbaikan dalam administrasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi perpajakan, serta pembiayaan dan investasi yang semakin prudent, efisien, dan berkelanjutan.
Isu mengenai perubahan iklim juga disampaikan, sebagaimana disampaikan target Pemerintah, khususnya APBN sebagai catalytic financing, dalam isu perubahan iklim ini menjadi prioritas. Dari sisi pendapatan, berbagai kebijakan telah diarahkan untuk mendorong investasi swasta pada pengembangan energi terbarukan. Selain itu telah ditetapkan aturan nilai ekonomi karbon untuk menciptakan pasar karbon sebagai bagian dari alternatif pendanaan proyek hijau dan transisi. Sedangkan dari sisi pembiayaan, pemerintah telah mengembangkan Green bond/sukuk framework untuk menerbitkan instrument pembiayaan transisi hijau yang inovatif.
Masyita juga menyampaikan strategi skema pembiayaan untuk coal phasing down melalui Energy Transition Mechanism (ETM), untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil pada pembangkit listrik dan mengembangkan penggunaan sumber energi terbarukan.
Di samping kebutuhan pembiayaan transisi dari sektor publik, penciptaan keuangan berkelanjutan membutuhkan partisipasi pelaku pasar di sektor keuangan untuk menciptakan ekosistem industri jasa keuangan yang berkelanjutan serta mendorong arus pembiayaan/dana investasi sektor keuangan agar sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Penciptaan ekosistem industri jasa keuangan dari hulu ke hilir perlu dikembangkan untuk mendorong terbentuknya infrastruktur carbon trading melalui bursa untuk memfasilitasi perdagangan Sertifikat Izin Emisi dan Sertifikat Penurun Emisi yang transparan.