Pada tanggal 1-2 Maret 2022, The Women20 (W20), W20 Women Entrepreneurs Act Initiative (WE Act), dan International Trade Centre’s (ITC) SheTrades initiatives menyelenggarakan workshop virtual dengan topik “Gender-Responsive Public Procurement”. Tujuan dari penyelenggaraan workshop adalah untuk mendorong pertumbuhan keikutsertaan perempuan dalam industri ekonomi secara global, terutama di negara anggota G20. Masyita hadir mewakili Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, sebagai Staf Khusus Menteri Keuangan RI bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, pada hari pertama, 1 Maret 2022, mengenai pengaruh partisipasi perempuan dalam ekonomi.
Pada pembukaan workshop tersebut, Masyita menyampaikan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk kesetaraan gender, dan pentingnya kebijakan publik dalam mendukung komitmen tersebut. Salah satu komitmen pemerintah dapat dilihat dari Anggaran Responsif Gender (ARG atau RGB, Gender-Responsive Budgeting) yang digunakan untuk menganalisa dan menyusun kebijakan fiskal dan keputusan pendanaan yang lebih efektif agar dapat mengakomodasi keadilan bagi perempuan dan laki-laki dalam kesetaraan terhadap kesempatan dan peluang dalam menikmati hasil pembangunan.
Berdasarkan data dari IMF, ada beberapa faktor yang menunjukkan bahwa keikutsertaan perempuan dalam Gender Responsive Procurement (GRP) memiliki peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, di mana sirkulasi keuangan dalam keluarga dan komunitas berputar hingga 90%, di dalamnya, sehingga adanya peningkatan dalam partisipasi perempuan pada pertumbuhan sosial dan ekonomi. Selain itu, adanya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dijalankan oleh perempuan. Hal ini menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi dunia, mewakili 80% pasar kerja global.
Masyita menutup dengan kutipan mantan Direktur Manajer IMF, Christine Lagarde, “Empowering women is not just the right moral choice. It is also the right macroeconomic choice. Helping women participate in the economy boosts growth, diversifies economies, reduces income inequality, and mitigates demographic change”. Pemberdayaan perempuan tidak hanya pilihan moral yang tepat, tetapi hal ini juga menjadi pilihan makroekonomi yang tepat. Membantu perempuan untuk berpartisipasi dalam ekonomi meningkatkan pertumbuhan, diversifikasi ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan mengurangi perubahan demografis.