Economic Updates Mei 2022: Kondisi Pasar Keuangan Global Pasca Pandemi

Ringkasan Eksekutif

The Federal Reserve (The Fed) dan Bank of England (BOE) menaikkan tingkat suku bunga acuannya. The Fed bahkan tidak ragu-ragu akan memperketat kebijakan moneternya lebih agresif untuk mengatasi inflasi.

Pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed tersebut mendorong ketidakpastian di seluruh pasar keuangan global, termasuk pelemahan bursa saham, nilai tukar, dan pasar obligasi Asia. Harga aset kripto, termasuk stablecoin yang disebut akan relatif stabil, jatuh di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Sektor Riil Indonesia pada bulan April 2022 menunjukkan performa yang masih solid. Melalui PMI masih berada pada zona ekspansi, surplus neraca perdagangan, dan tingkat kepercayaan konsumen pada zona optimis. Namun, inflasi meningkat khususnya yang disumbangkan oleh kelompok yang cepat berubah (volatile). Sektor keuangan Indonesia mengalami pelemahan, khususnya sejak diumumkannya peningkatan tingkat suku bunga acuan The Fed hingga pekan ke-tiga Mei, sejalan dengan kinerja bursa Asia sedangkan realisasi APBN mencatatkan surplus.

Isu Perekonomian Global

The Fed menaikkan target Fed Fund Rate sebesar 50 bps menjadi 0,75% -1% dalam FOMC Mei 2022 sebagai langkah untuk mengatasi inflasi. The Fed juga akan mulai mengurangi neraca bank sentral (Quantitative Tightening) pada 1 Juni 2022 dan tidak akan ragu meningkatkan Fed Fund Rate lebih tinggi hingga inflasi terkendali. Hal yang sama dilakukan BOE yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 1 persen pada pertemuan Mei 2022.

Pasca-pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed dan BOE, aset kripto global sempat mengalami penurunan kapitalisasi pasar hingga mencapai US$1,2 triliun. Harga Bitcoin jatuh di bawah US$26.000 untuk pertama kalinya sejak Desember 2020 dan harga stable coin seperti TerraUSD turun hingga lebih dari 90%.

Untuk mengatasi potensi krisis ketahanan pangan global, Bank Dunia berencana menyalurkan pendanaan sebesar USD30 miliar. Dana tersebut akan digunakan dalam mempersiapkan berbagai baru pada sektor pertanian, perlindungan sosial untuk meredam dampak dari harga pangan yang lebih tinggi, dengan sebagian besar sumber daya pendanaan yang mengalir ke Afrika, Eropa Timur, Asia Barat (Timur Tengah), Asia Tengah, dan Asia Selatan.

Perekonomian Nasional

Sektor Riil

PMI Manufaktur S&P Indonesia April 2022 naik ke 51,9 dari 51,3 bulan sebelumnya, melanjutkan tren ekspansi dalam delapan bulan berturut-turut sejak September 2021. Tingkat produksi, pesanan baru, pertumbuhan tingkat ketenagakerjaan, dan aktivitas pembelian yang meningkat selama bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri menjadi faktor pendorong ekspansi aktivitas manufaktur Indonesia.

Indeks Keyakinan Konsumen bulan April 2022 tetap berada pada area optimis (indeks > 100) dan meningkat mencapai 113,1 dari 111,0 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha masih cukup tinggi meskipun turun 0,8 poin secara bulanan menjadi 125 dipengaruhi oleh kekhawatiran atas pelemahan daya beli karena kenaikan harga komoditas.

Inflasi headline April 2022 meningkat menjadi 3,47% yoy dari 2,64% yoy pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi didorong oleh peningkatan inflasi di semua kelompok, baik volatile, administered prices, maupun inflasi inti. Kelompok volatile mengalami peningkatan inflasi dari 3,25% yoy menjadi 5,48% yoy. Sementara itu, inflasi inti relatif terjaga pada 2,60% yoy dari 2,37% yoy pada bulan sebelumnya di tengah peningkatan permintaan domestik.

Neraca perdagangan April 2022 mencatat surplus USD 7,56 miliar, naik dari surplus bulan Maret 2022 sebesar USD 4,53 miliar dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Surplus neraca perdagangan terjadi selama 24 bulan berturut-turut di tengah kenaikan harga komoditas yang mendorong ekspor non-migas. Neraca perdagangan April 2022 secara ytd mencapai surplus USD 16,89 miliar.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2022 tumbuh sebesar 5,01 persen yoy, didorong oleh tumbuhnya kegiatan produksi, konsumsi, dan investasi sejalan dengan pulihnya mobilitas masyarakat.

Per 23 Mei 2022, Indonesia mencabut larangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) setelah harga minyak goreng curah mengalami tren penurunan dan meningkatnya pasokan sawit domestik. Sejak kebijakan larangan ekspor diberlakukan, pasokan sawit untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng domestik mencapai 211 ribu ton per bulan, di atas kebutuhan nasional sebesar 194 ribu ton per bulan dan jauh lebih tinggi dari pasokan bulan Maret sebesar 64,5 ribu ton.

Sektor Keuangan

Per akhir Mei 2022, nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 0,17% mtd terhadap dolar AS mencapai Rp14.583 per USD, Indeks Harga Saham Gabungan turun 1,11 mtd mencapai 7.148,97, sedangkan imbal hasil SBN 10 tahun meningkat 10 bps mtd menjadi 7,06% dari 6,96% (April 2022).

Surplus transaksi berjalan Indonesia kembali berlanjut mencapai USD0,2 miliar (0,1% dari PDB) pada triwulan I-2022 ditopang oleh kinerja neraca barang. Di sisi lain, kinerja transaksi modal dan finansial mencatatkan perbaikan defisit menjadi USD1,7 miliar (0,5% dari PDB) dari defisit USD2,2 miliar (0,7% dari PDB) pada triwulan IV-2021 di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal tersebut menjadikan Neraca Pembayaran Indonesia mengalami defisit USD1,8 miliar pada periode yang sama.

Kredit perbankan dan Dana Pihak Ketiga pada April 2022 masing-masing mencapai Rp 5.969,1 triliun (8,8% yoy) dan Rp 7.242,8 triliun (10,3% yoy) dengan rasio Loan to Deposit mencapai 82,4%. Pertumbuhan kredit perbankan terjadi di seluruh kelompok bank seiring pemulihan kinerja sektor korporasi dan rumah tangga.

Total Utang Luar Negeri (ULN) per Maret 2022 mencapai USD 411,5 miliar, terkontraksi 1,1% yoy, dengan rasio terhadap PDB yang relatif stabil pada 33,7%. Turunnya ULN dipengaruhi kontraksi ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 3,4 % (yoy) dan sektor swasta sebesar 1,8 % (yoy). Kontraksi sektor publik disebabkan oleh jatuh tempo beberapa seri Surat Berharga Negara, serta adanya pelunasan neto atas pinjaman , terutama pinjaman bilateral, yang jatuh tempo


Kebijakan Fiskal

Realisasi APBN didorong oleh kenaikan aktivitas ekonomi di bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri serta tingginya harga komoditas yang mendorong kinerja penerimaan PPh Non-migas maupun PPN. Realisasi pendapatan dan belanja negara hingga Maret 2022 masing-masing mencapai Rp 853,55 triliun (46,23% dari target APBN 2022, tumbuh 45,9% yoy) dan  Rp 750,46 triliun (27,65% dari target APBN 2022, tumbuh 3,79% yoy). Selain itu, keseimbangan primer turut mencatatkan surplus Rp 220,87 triliun.

Hingga 31 Mei 2022, realisasi pengungkapan harta bersih Program Pengungkapan Sukarela telah mencapai Rp 110,47 triliun dengan deklarasi Luar Negeri yang mencapai Rp 8,3 triliun sedangkan deklarasi Dalam Negeri dan repatriasi telah mencapai Rp95,47 triliun.


Kebijakan Moneter

Cadangan Devisa periode April 2022 mencapai USD 135,7 miliar, turun USD 3,4 miliar, dari USD 139,1 miliar bulan sebelumnya yang salah satunya dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.

Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%.

INDIKATOR MAKROEKONOMI TERPILIH

Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Yahoo Finance, Trading Economics, Bloomberg, Reuters, CEIC.
Angka yang tertera pada tabel adalah akhir periode kecuali untuk angka realisasi fiskal yang mengambil angka kumulatif sejak awal tahun periode berjalan. Yield SBN 10 Tahun menggunakan acuan FR0093 (tahun 2022) dan FR0088 (tahun 2021). * angka sementara
Disclaimer:
Publikasi ini disiapkan oleh Masyita Crystallin dan Muhammad Fajar Nugraha yang didistribusikan melalui website masyita-crystallin.com untuk kepentingan informasi publik. Publikasi ini beserta isinya dimaksudkan untuk diseminasi informasi terkait isu makroekonomi dan dapat berubah tanpa pemberitahuan lebih lanjut. Setiap pandangan, rekomendasi, pendapat, atau saran yang diungkapkan dalam publikasi ini merupakan pandangan pribadi dan tidak mencerminkan jabatan yang melekat pada pihak penulis. Publikasi ini bukanlah suatu produk dan tidak dapat ditafsirkan sebagai tawaran untuk membeli atau menjual sekuritas atau investasi apa pun yang disebutkan di sini, baik di negara atau yurisdiksi mana pun. Publikasi ini tidak dapat diandalkan oleh siapa pun dalam mengambil keputusan investasi atau sebaliknya memberi nasihat yang berkaitan dengan perkembangan makroekonomi. Setiap penggunaan, pengungkapan, distribusi, penyebaran, penyalinan, pencetakan pada publikasi ini untuk tujuan apa pun tanpa persetujuan atau persetujuan kami sebelumnya sangat dilarang.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pin It on Pinterest

Share This