Ringkasan Eksekutif
Banyak dinamika global dan domestik yang mempengaruhi ekonomi Indonesia pada April 2022. Konflik Rusia-Ukraina, rencana pengetatan kebijakan moneter AS yang lebih cepat dari prediksi, serta lockdown Tiongkok menjadi isu utama dalam perekonomian global sepanjang bulan ini. Sektor riil Indonesia pada bulan April 2022 menunjukkan performa yang masih solid: Purchasing Managers’ Index (PMI) masih berada pada zona ekspansi, surplus neraca perdagangan, inflasi terjaga, dan tingkat kepercayaan konsumen yang relatif stabil. Sektor keuangan Indonesia bergerak variatif di tengah tekanan global. Sementara itu, Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan surplus didukung oleh pertumbuhan pendapatan. Ditambah lagi, lembaga credit rating, Standard and Poors merevisi naik outlook rating Indonesia dari Negative menjadi Stable. Hal ini didorong ekspektasi Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tentunya dengan dukungan konsolidasi fiskal berkelanjutan.
Isu Perekonomian Global
PDB Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi 1,4% yoy pada triwulan I-2022 setelah mencatatkan pertumbuhan 6,9% yoy pada triwulan IV-2021. Inflasi AS pada bulan Maret 2022 naik ke level 8,5% setelah di bulan Februari mencapai 7,9% . Angka ini jauh di atas perkiraan pasar sebesar 8,4%. Di sisi lain, Indeks Energi naik 32%. Sementara Indeks Makanan meningkat 8,8% seiring isu geopolitik global dan masalah rantai pasokan yang terjadi di tengah permintaan yang tinggi. Tingginya tingkat inflasi mendorong The Fed untuk mempercepat pengetatan kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Perekonomian Nasional
Sektor Riil
PMI Manufaktur Maret 2022 naik ke 51,3 dari 51,2 bulan sebelumnya. Ini melanjutkan tren ekspansi dalam tujuh bulan berturut-turut sejak September 2021. Tingkat produksi, pesanan baru, tingkat ketenagakerjaan, dan aktivitas pembelian yang meningkat menjadi faktor pendorong ekspansi kegiatan industri manufaktur Indonesia.
Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen bulan Maret 2022 tetap berada pada area optimis (indeks > 100) mencapai 111,0. Secara triwulanan, IKK triwulan I 2022 tercatat sebesar 114,6, sedikit menurun dibandingkan indeks triwulan sebelumnya sebesar 116,7.
Inflasi headline Maret 2022 meningkat menjadi 2,64% Year-on-Year (yoy) dari 2,06% yoy pada bulan sebelumnya. Kenaikan inflasi ini didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar 0,38%. Sementara itu, inflasi ini relatif stabil pada 2,37% yoy di tengah peningkatan permintaan domestik.
Neraca perdagangan Maret 2022 mencatat surplus USD4,53 miliar. Naik dari surplus bulan Maret 2021 sebesar USD1,57 miliar. Surplus neraca perdagangan terjadi selama 23 bulan berturut-turut di tengah kenaikan harga komoditas. Neraca perdagangan Maret 2022 secara Year-to-Date (ytd) mencapai surplus USD9,33 miliar, lebih besar dari surplus USD5,52 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sektor Keuangan
Per akhir April 2022, nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 0,90% Month-to-Date (mtd) terhadap dolar AS mencapai Rp14.497 per USD, Indeks Harga Saham Gabungan naik 2,23% mtd mencapai 7.228,91, sedangkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun meningkat 25 bps mtd menjadi 6,96% dari 6,71% (Maret 2022).
Kredit perbankan dan Dana Pihak Ketiga pada Februari 2022 masing-masing mencapai Rp5.811,9 triliun (6,02% yoy) dan Rp7.384,4 triliun (11,11% yoy) dengan rasio Loan to Deposit mencapai 78,71%, masih rendah dibandingkan periode pra-pandemi. Pertumbuhan kredit perbankan terjadi seiring pemulihan kinerja sektor korporasi dan rumah tangga.
Total Utang Luar Negeri (ULN) per Februari 2022 mencapai USD416,3 miliar, terkontraksi 1,5% yoy, dengan rasio terhadap PDB yang relatif stabil pada 34,2%. Turunnya ULN dipengaruhi kontraksi ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar 3,9 % (yoy) dan sektor swasta sebesar 2,0 % (yoy). Kontraksi sektor publik disebabkan oleh penarikan neto pinjaman luar negeri untuk mendukung pembiayaan program dan proyek.
Kebijakan Fiskal
Realisasi APBN per Maret 2022 mencatatkan surplus Rp10,3 triliun (0,06% per PDB) yang didorong kenaikan harga komoditas dan pemulihan ekonomi. Realisasi pendapatan dan belanja negara hingga Maret 2022 masing-masing mencapai Rp501 triliun (26,3% dari target APBN 2022, tumbuh 32,1% yoy) dan Rp490,64 triliun (18,1% dari target APBN 2022, terkontraksi 6,2% yoy).
Pemerintah meningkatkan tarif PPN menjadi 11% dari sebelumnya sebesar 10% per 1 April 2022. Kebijakan tersebut dilakukan agar meningkatkan penerimaan pajak dan diharapkan dapat memperbaiki defisit APBN ke level tiga persen pada tahun 2023.
Hingga 30 April 2022, realisasi pengungkapan harta bersih Program Pengungkapan Sukarela telah mencapai Rp79,1 triliun dengan deklarasi Luar Negeri yang mencapai Rp6,1 triliun sedangkan deklarasi Dalam Negeri dan repatriasi telah mencapai Rp68,2 triliun.
Kebijakan Moneter
Cadangan Devisa periode Maret 2022 mencapai USD139,1 miliar, turun USD2.3 miliar, dari USD141,4 miliar bulan sebelumnya yang salah satunya dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
Bank Indonesia (BI) mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%.
INDIKATOR MAKROEKONOMI TERPILIH
Sumber: Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pusat Statistik, Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Yahoo Finance, Trading Economics, Bloomberg, Reuters, CEIC.
Angka yang tertera pada tabel adalah akhir periode kecuali untuk angka realisasi fiskal yang mengambil angka kumulatif sejak awal tahun periode berjalan. Yield SBN 10 Tahun menggunakan acuan FR0093 (tahun 2022) dan FR0088 (tahun 2021).
0 Comments