Tantangan yang lebih dinamis dan kompleks menjadi sesuatu yang harus dihadapi Indonesia, baik dalam satu tahun kedepan maupun dalam jangka panjang. Setelah kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia maupun global sudah memasuki era new-normal, Indonesia dan negara-negara mulai mengeluarkan upaya-upaya untuk pulih. Tentu ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan bagi negara-negara, termasuk Indonesia. Melihat isu ini, Masyita hadir dalam Dialog Akhir Tahun dengan tema “Indonesia Economic Future Outlook: Bersama Menguatkan Ekonomi Nasional” yang diadakan oleh Rumah Kebangsaan pada Rabu, 21 Desember 2022 di Jakarta.
Agenda Prioritas Global
Kini global tengah didesak oleh permasalahan-permasalahan yang muncul akibat pandemi Covid-19 dan konflik geopolitik. Permasalahan ini datang dari berbagai sektor termasuk energi, pangan, lingkungan hidup, kesehatan, hingga ekonomi. Terutama di tahun 2022 ini, ancaman-ancaman pada krisis global di sektor energi, pangan, dan perlambatan ekonomi merupakan persoalan yang menjadi perhatian utama di ranah global.
Forum-forum internasional, termasuk G20 menjadi salah satu forum yang digunakan negara-negara untuk menyusun agenda pemulihan dan pembangunan ekonomi negara-negara di dunia. Di tahun 2022 ini, Indonesia dipercaya untuk menjadi tuan rumah presidensi G20. Usai pada November 2022 lalu, presidensi G20 kini dipangku oleh India. Namun, Indonesia juga dipercaya untuk mengemban posisi sebagai tuan rumah dari ASEAN 2023 mendatang. Agenda-agenda yang kerap didiskusikan menjadi prioritas pada forum-forum internasional ini sejalan dengan rencana pembangunan dan pemulihan Indonesia.
Strategi Indonesia Mencapai Indonesia Maju 2045
Bersama dengan Teten Masduki, Andi Widjajanto, dan Raden Pardede, Masyita menyampaikan perspektifnya pada prospek ekonomi Indonesia pada tahun 2023 mendatang. Sepanjang 2022 ini, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil. Di mana, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mencapai di bawah 5% pada tahun ini. Angka ini sejalan dengan prediksi yang diberikan oleh lembaga internasional seperti Asian Development Bank (5,3%) dan Bank Dunia (5,2%). Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 juga masih berkisar di 5%.
Namun, untuk mencapai Indonesia maju pada tahun 2045, pertumbuhan ekonomi tidak bisa hana berksar di 5% saja. Melainkan harus ditingkatkan hingga di kisaran 7%. Hal ini bisa dicapai dengan membentuk kebijakan-kebijakan yang prudent, berkelanjutan, dan dapat menciptakan enabling environment bagi semua pihak. Dalam penyampaiannya, Masyita menekankan potensi perempuan dalam perekonomian Indonesia.
Porsi perempuan dalam dunia UMKM dapat dibilang cukup besar. Yang menarik adalah, semakin mikro ukuran usaha, maka semakin banyak keterlibatan perempuan di sana. UMKM juga menjadi pahlawan negara kita, Indonesia, di masa pemulihan itu. Untuk itu, Masyita percaya bahwa dengan menciptakan ruang yang memadai untuk perempuan ikut serta dalam perekonomian, Indonesia dapat meningkatkan performa ekonominya.
Investasi yang berkelanjutan juga menjadi sumber pendanaan yang esensial di masa ini. Saat ini negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk menyelamatkan bumi dengan mencapai target Net-Zero. Masyita menekankan, bahwa dengan melakukan transisi menuju Net-zero, maka investasi yang berkelanjutan akan membuka banyak kesempatan baru bagi Indonesia untuk mencapai target. Yaitu target menjadi negara maju di tahun ke-100 kemerdekaan Indonesia.
Saksikan diskusi secara lengkap di sini:
0 Comments