Kali ini, Masyita menghabiskan satu jam di waktu akhir pekannya dengan berbincang santai bersama Budi W. Soetjipto (Wakil Rektor Universitas Pertamina) dan Roy Sangkilawang (Managing Partner Momenta) secara virtual di 2L4U Channel. Dengan pembawaan yang santai, ketiganya membahas prospek ekonomi Indonesia di tahun 2023 ini di hari Sabtu, 28 Januari 2023.
Optimis pada Ekonomi Indonesia 2023
Masyita menyampaikan bahwa kita perlu optimis untuk Ditandai oleh dicabutnya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di akhir tahun 2022 lalu, saat ini adalah masa-masa yang kita harapkan sebagai endemi. Di akhir tahun 2021, perekonomian Indonesia dari sisi produksi dapat dikatakan sudah kembali normal, kemudian di pertengahan tahun 2022, sektor pariwisata Indonesia juga sudah kembali normal bahkan ada yang mengatakan bahwa sektor ini pulih lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perkembangan Indonesia dalam memulihkan ekonomi yang terjun bebas akibat Covid-19 telah membuahkan hasil yang memuaskan. Pemulihan ini tidak bisa terjadi jika perekonomian Indonesia tidak memiliki fundamental yang kuat.
Sejak Krisis Asia 1997-1998, perekonomian Indonesia telah belajar dan melakukan evolusi kebijakan-kebijakan dalam menghadapi tanda-tanda krisis ekonomi maupun menjaga stabilitas perekonomian Indonesia secara umum. Indonesia memiliki kebijakan fiskal yang disiplin, indikatornya adalah defisit fiskal dan market primary deficit. Batas defisit fiskal di Indonesia diatur pada angka 3% untuk menjaga stabilitas ini, perlu dilonggarkan oleh pemerintah agar lebih leluasa mengelola pandemi Covid-19. Karena itu, perekonomian Indonesia semasa Covid-19 hingga saat ini dinilai relatif baik jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, bahkan dunia. Untuk itu, kita perlu optimis terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2023 ini.
Tahun Politik dan Perekonomian Indonesia
Mengingat tahun 2023 juga merupakan tahun politik bagi Indonesia, ini bisa menjadi indikasi baik dalam mendorong perekonomian Indonesia. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam kegiatan kampanye seperti mencetak banner, pamphlet, dan aktivitas promosi lainnya bisa mendorong perekonomian Indonesia juga. Yang menjadi fakta menarik adalah, di tengah teknologi dan pemanfaatan media sosial di Indonesia, elastisitas konsumsi Indonesia di tahun pemilu mungkin tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Namun, Masyita mengingatkan bahwa jika negara, Indonesia, memiliki acara dengan skala masif seperti pemilu, perekonomian Indonesia pasti akan ikut terdorong.
Simak obrolan lengkap Masyita, Budi, dan Roy di sini: