21st Economix: Global Economic Challenge International Dialogue “Financing the Green Transition of Developing Countries”

Di awal pekan bulan September, Masyita bernostalgia dengan mengunjungi kampus pertamanya, FEB Universitas Indonesia. Dalam rangka menjadi pembicara pada kegiatan 21st Economix: Global Economic Challenge, International Dialogue dengan tajuk “Financing the Green Transition of Developing Countries” pada Rabu, 6 September 2023 lalu. Sebagai salah satu pencetus kegiatan Economix, Masyita membuka kegiatan dengan menyampaikan materi dengan topik pendanaan transisi hijau di Indonesia.

Saat Pandemi Covid-19 menyerang, Indonesia jatuh kembali ke kelas menengah. Padahal sebelumnya, Indonesia berhasil masuk kategori kelas menengah atas atau upper middle income countries. Namun, berdasarkan laporan Bank Dunia yang dirilis pada Juli 2023 lalu, Indonesia berhasil kembali ke posisi upper middle income class dalam waktu dua tahun.

Pencapaian ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif lebih cepat pulih dibandingkan negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 diprediksikan mencapai 5,0%. Angka ini masuk lima prediksi PDB tertinggi di negara G20 dan ASEAN. Dalam kata lain, Indonesia kembali on track dalam jalur pecapaian menjadi negara maju di tahun 2045.

Setelah lepas dari Pandemi Covid-19 dengan ekonomi yang relatif kuat, Indonesia dihadapi tantangan. Mulai dari perubahan iklim, tensi geopolitik, hingga disrupsi pasokan energi dan pangan. Untuk memastikan Indonesia mencapai Indonesia Maju 2045, perlu dilakukan beberapa hal. Sebagai contoh, meningkatkan partisipasi Indonesia pada rantai pasok global dan meningkatkan resiliensi ekonomi domestic

Transisi Hijau: Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia

Salah satu tantangan bagi Indonesia datang dari ranah perubahan iklim. Menurut Global Risk Report 2022, dari 10 tantangan di dunia, setengahnya datang dari isu iklim. Sebagai negara kepulauan, Indonesia termasuk negara yang sangat rentan pada dampak perubahan iklim.

Menyadari hal ini, Indonesia terus meningkatkan ambisi dan komitmen menjaga bumi dari dampak perubahan iklim. Komitmen utama Indonesia tertuang pada Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) yang dilaporkan kepada UNFCCC. ENDC mencakup komitmen Indonesia dalam mengurangi 31,89% emisi karbon dengan usaha sendiri dan 43,20% emisi karbon dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pembiayaan iklim. Sebelum melaporkan ENDC, Indonesia memiliki target mereduksi 29% emisi karbon pada 2030. Untuk mencapai target ini saja, biaya yang diperlukan mencapai USD 281,23 miliar. Karena itulah, berbagai kebijakan dari sisi keuangan dibentuk sedemikian rupa untuk menciptakan ekosistem pendanaan iklim yang memadai. Salah satu upayanya adalah dengan memastikan taksonomi hijau di Indonesia menarik bagi investor.

Pesan Untuk Mahasiswa

Di akhir kesempatan, Masyita turut menyampaikan pesan bagi peserta di Auditorium FEB UI. Masyita berharap, mahasiswa yang hadir dapat melihat isu-isu ini dalam pandangan yang netral. Ia percaya bahwa merekalah yang akan menjadi penerus perjuangan Indonesia saat ini. Sehingga, penting bagi mahasiswa untuk melihat sesuatu bagai kertas putih yang kemudian diisi dengan nilai-nilai yang dimiliki. Masyita juga mengingatkan, bahwa untuk melakukan sesuatu, terdapat beberapa hal yang perlu dipastikan, yaitu keadilan dan keterjangkauan.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pin It on Pinterest

Share This