Sehubung dengan rangkaian The First Senior Officials’ Meeting and Related Meetings (SOMI) APEC 2023 yang diselenggarakan pada 14-28 Februari 2023, Masyita menghabiskan akhir pekan terakhir di bulan Februari 2023 dengan mengikuti 2023 APEC Finance and Central Bank Deputies’ Meeting pada Sabtu, 25 Februari 2023-Minggu, 26 Februari 2023 di Palm Springs, California. Kegiatan ini dilakukan untuk membahas topik-topik prioritas seperti sustainable finance atau pendanaan berkelanjutan yang termasuk pembiayaan untuk transisi energi yang adil, voluntary carbon market (VCM), serta pendekatan dan tuas pembiayaan iklim. Pertemuan ini juga membahas inovasi dan pengembangan aset digital dan sisi penawaran ekonomi yang modern.
Indonesia Tetap Kuat di Tengah Awan Hitam Perekonomian Global
Diskusi dimulai dengan negara-negara yang menyampaikan pandangan terkait kondisi perekonomian global dan bagaimana negara tersebut menghadapinya. Masyita menyampaikan bahwa Indonesia melihat, risiko dari ketegangan geopolitik yang sedang terjadi, masih memperkuat rona ketidakpastian di ranah global. Hasil upaya yang selama ini dilakukan oleh global dapat menjadi tidak optimal jika ketegangan ini terus berlanjut ke depan. Untuk itu, Indonesia percaya bahwa solusi dapat dipecahkan dengan melakukan dialog multilateral, terutama dalam membentuk Gerakan yang kolektif dan terkoordinir secara global untuk mencapai pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, inklusif, dan seimbang.
Namun, di tengah awan gelap perekonomian global, pemulihan ekonomi domestik Indonesia relatif kuat. Bahkan, Indonesia mencetak rekor di antara negara-negara G20 sebagai negara yang memiliki pertumbuhan PDB tertinggi yaitu 5,5% di tahun 2022. Selain itu, inflasi dan pengeluaran fiskal per PDB juga nilai relatif aman. Indonesia akan terus mempertahankan performa ini dengan kebijakan makroekonomi dan kebijakan fiskal yang pruden.
VCM
Di sesi lain, Masyita ikut serta menyampaikan perkembangan Indonesia dalam nilai ekonomi karbon. Masyita menjelaskan bahwa Indonesia melakukan pendekatan dari berbagai sisi dalam melaksanakan nilai ekonomi karbon (NEK). NEK Indonesia dibangun dalam beberapa mekanisme seperti pajak karbon, perdagangan karbon dalam negeri maupun luar negeri, hingga result-based payments. Diharapkan, mekanisme-mekanisme yang tengah dibangun dan terus ditingkatkan oleh Indonesia dapat mengejar target dalam mengurangi emisi karbon.