11th Ministerial Meeting of Coalition of Finance Minister for Climate Action

Di tahun ke-empat Masyita mengemban tugas sebagai Co-chair Deputy untuk Koalisi Kementerian Keuangan untuk Perubahan Iklim (Coalition of Finance Minister for Climate Action (CFMCA)), CFMCA merayakan ulang tahun yang ke-5 di IMF-WB Spring Meetings 2024, Washington DC, Amerika Serikat. Perayaan ulang tahun CFMCA dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan 11th Coalition Ministerial Meeting pada Rabu, 17 April 2024 pukul 14.00 di gedung World Bank, Washington DC.

Poin lain yang dapat digarisbawahi dalam pertemuan ini adalah tema dan format diskusi yang sedikit berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tema yang diangkat pada pertemuan tingkat menteri kali ini terkait keterlibatan Kementerian Keuangan dalam perancangan dan implementasi Nationally Determined Contribution (NDC). NDC adalah sebuah dokumen yang dimiiki oleh hampir seluruh negara di dunia sebagai bentuk komitmen menjalankan aksi iklim, guna mencapai target Perjanjian Paris.

Untuk pertama kalinya, pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Lingkungkan dari dua negara Co-chair NDC Partnership, yaitu Denmark dan Rwanda. Kehadiran ini menjadi simbolis dari sebuah joint-effort yang dilakukan oleh CFMCA dan NDC Partnership dalam menggaris-bawahi peran Kementerian Keuangan dalam NDC. Hal ini turut tertuang dalam Joint Call to Action: Finance Ministries are Key to Accelerated Climate Action through Ambitious NDCs.

Setelah penyampaian pernyataan oleh pionir penting dalam CFMCA, kegiatan dilanjut oleh diskusi dalam bentuk breakout session. Para menteri keuangan dipersilahkan untuk duduk pada meja yang memuat tiga topik berbeda yaitu, keterlibatan kementerian keuangan dalam perencanaan dan implementasi NDC, insentif subsidi yang berbahaya, dan obligasi sebagai instrumen mencapai transisi yang berkeadilan.

Mobilisasi Obligasi untuk Mencapai Transisi yang Berkeadilan

Masyita duduk mendampingi Sri Mulyani Indrawati mewakili Indonesia dan Co-chair dari CFMCA untuk memimpin diskusi. Meja yang dipimpin oleh Indonesia membahas peran obligasi dan instrumen keuangan lainnya yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pendanaan transisi. Dalam penerapannya, obligasi hijau (green bonds) memiliki potensi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pendanaan transisi. Namun, penerapannya masih dibatasi oleh beberapa tantangan, terutama dari sisi fiskal.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pin It on Pinterest

Share This